Rabu, 24 April 2013

MY FANFIC DARAGON



PLAYBOY and PLAYGIRL
Main cast : Kwon Jiyong (BIGBANG) and Sandara Park (2NE1)
Other cast : all member
Rated : T
Genre : Romance, humor
CHAPTER 2
Dikamarnya, Jiyong mulai terlihat serius membaca buku kecil yang ia temukan dalam kamarnya Dara. Ia tidak berpikir apabila Dara nanti akan mencarinya, dan mulai menuduhnya keesokan harinya. Yang ada dalam pikirannya sekarang hanyalah mengetahui isi buku tersebut, dan tentunya dengan memahami isinya.
.
.
Halaman pertama

Dear diary

Ahh… hari ini aku begitu bahagia. Aku seperti ingin terbang kelangit yang paling tinggi. Kau tahu? Baru kali ini aku merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya. Jantungku akan selalu berdebar kencang ketika melihatnya. Dia memang tampan? Tentu saja dia namja yang tampan. Dengan pesonanya yang mampu mengikat setiap yeoja yang ada.
Aku menyukainya, tidak—mungkin saja aku mencintainya. Ya, aku jatuh cinta kepada namja bernama Kwon Jiyong. Seorang leader tim basket bernama BIGBANG yang sedang eksis disekolah ku. Aigoo.. apalagi ketika aku melihat senyumannya. Rasanya pipiku menjadi panas, apa iya wajahnyaku sedang bersemu. Malunya.
Geurae.. aku akan berusaha mengejar cintanya Kwon Jiyong. Tunggulah. Meskipun aku hanyalah seorang gadis culun yang mungkin tak ada yang mau berteman dengan ku. tapi aku akan berusaha menjadi yang terbaik, dengan mendapatkan hatinya Jiyong.

Sandara Park.
.
.
Tulisan itu singkat, namun mampu membuat yang membacanya menyunggingkan sebuah senyuman kecil. Ia tersenyum setelah mengetahui tekadnya gadis itu ternyata begitu besar. Sebesar itukah rasa cintanya kepada dirinya. Lalu ia melanjutkan membuka halaman selanjutnya. Jiyong menemukan sebuah foto dirinya yang sedang tertawa lebar.
Awalnya ia memang sedikit bingung. Ia berpikir kapan gadis ini mengambil foto dirinya itu. Hasilnya memang bagus. Sepertinya Dara memang seorang fotografer professional. Ia kemudian membaca tulisan yang ada. Begitu seterusnya. Disetiap halaman ia menemukan foto dirinya dengan berbagai ekspresi yang ada.
‘gadis ini penguntit, aigoo.. kenapa aku bisa mnyukai yeoja sepertinya,’ batin Jiyong.
Setiap membaca halaman yang berbeda namja tampan itu juga menunjukkan raut wajah yang berbeda pula. Ia terkejut, ternyata Dara berubah karena dirinya. Jiyong mengusap kepalanya pelan. Lalu mengacak rambutnya.
Ketika ia mencapai halaman terakhir, ia tidak menemukan fotonya sama sekali. Ia mulai mebolak-balikkan halaman itu. Awalnya ia mengira itu adalah halaman terakhir dari catatan Dara.
‘sepertinya ini merupakan halaman terakhirnya’ pikir Jiyong. Ia dengan cepat membacanya.
.
.
Halaman terakhir

Dear diary

Aku lelah menjadi seorang playgirl. Tak seenak seperti yang kubayangkan. Ini semua gara-gara Jiyong oppa, yang selalu membuat hatiku sakit. Huft.. aku akan kembali menjadi Dara yang dulu. Polos, dan lugu. Meskipun aku sudah merubah penampilan ku. tak seharusnya juga kan aku merubah segala sifat yang aku punya.
Sepertinya aku memang harus melupakan oppa, meski hatiku tidak ingin begitu. Tapi aku akan berusaha mulai mencintai Jaejoong. Laki-laki itu sudah baik padaku. Sudah semestinya aku membalas kebaikannya.
.
.
Jiyong menutup buku mencolok itu. Ia menggertakkan rahangnya. Ia begitu benci dengan tulisan itu. Jiyong mulai berpikir tentang Dara.
‘tidak Dara tidak boleh mencintai orang lain’ batinnya.
.
.
Sementara itu dirumah Dara. Didalam kamarnya gadis itu sibuk mencari bukunya. Ia mulai berpikir yang tidak-tidak.
“apa mungkin Jiyong yang mengambil?” gumam Dara.
Dara menepuk-nepukkan kedua tangannya ke pipinya yang chubby. Ia juga mengacak-acak rambutnya, membuatnya tampak berantakan sekali.
.
.
Sepertinya keduanya mendapatkan malam yang panjang. Dara yang kehilangan buku diary kesayangannya. Jiyong yang sibuk dengan hati dan pikirannya. Apa yang akan Dara lakukan jika ternyata Jiyonglah yang mengambil buku itu? Lalu apa yang akan Jiyong lakukan jika mendapati tulisan Dara?



MY FANFIC DARAGON



PLAY BOY and PLAYGIRL
Main cast : Kwon Jiyong (BIGBANG) and Sandara Park (2ne1)
Other cast : all member
Rated : T
Genre : Romance, humor
CHAPTER 1
Semakin hari Jiyong semakin memikirkan gadis bernama Sandara Park itu. Setiap hari otaknya selalu dipenuhi oleh gadis itu. Dari senyumnya yang menawan, wajahnya yang natural. Kenapa dirinya gila dengan gadis itu. Memang harus dirinya akui, gadis itu berbeda dari mereka bertemu 2 tahun yang lalu.
‘aarrghh apa yang kupikirkan. Tidak mungkin aku menyukainya. Tapi, dia memang cantik.’ Batin Jiyong. Dia mengacak-acak rambutnya keras.
Sepertinya dirinya memang sudah jatuh cinta kepada Dara. Apa yang harus ia lakukan sekarang ottokeo..ottokeo.. hah sudahlah besok ia harus menyiapkan presentasinya. Baiklah lupakan Dara sejenak. Tapi—tunggu dulu apakah presentasi Dara sudah selesai. Ingin sekali dirinya menanyakan itu kepada gadis manis itu.
Meneleponnya atau tidak. Coba meneleponnya saja. Sepertinya Jiyong memang rindu dengan suaranya.
.
.
Kring..kring..
“ya! Yeobseoyo? Nugu?” suara Dara mengalun lembut ditelinga Jiyong.
“Nan..nan.. Ji-Jiyong Imnida,” kenapa sekarang Jiyong yang terkenal playboy menjadi gugup didepan seorang yeoja.
“Jiyongie, waeyo?” tanya Dara diseberang sana.
“Ani. Aku hanya ingin bertanya, apa tugas mu sudah selesai?”
“ne.. memangnya kenapa?”
“uhm. Aku hanya ingin meminta bantuan mu untuk mengerjakannya,” pinta Jiyong.
“ne..geureo.. aku akan kerumah mu, ne?”
“mwo? Kau kerumahku? Aniya Dara-yah ini sudah malam aku saja yang kerumah mu,”
“mwo? Benarkah? Gomawo, aku akan bersiap,” kata Dara.
“ne, tunggu aku.”
Dara tersenyum senang. Pasalnya baru kali ini Jiyong kerumahnya. Ia kan merapikan ruang tamu, dan tentu saja kamarnya. Eommonya yang melihat kelakuan putrinya itu bingung. Namun, ia hanya menggeleng-gelenggkan kepalanya.
.
.
Ting..tong.. bel rumah Dara berbunyi membuat sang pemilik rumah melonjak girang. Tentu saja bagaimana tidak bila sang pangeran hatinya sudah datang. Jika kita tahu, sebenarnya hatinya masih sangat menyukai Jiyong, hanya saja ia menutupinya.
“Annyeong,” kata Jiyong, ketika Dara membukakan pintu rumahnya.
“Annyeong,” Dara tersenyum manis melihat Jiyong berdiri didepan. Jantungnya bedetak keras. Dia gugup, melihat Jiyong berdiri dekat dengannya. Gadis itu memainkan ujung dress yang dipakainya.
“apa kau akan membiarkan tamu mu ini, oh salah teman mu ini diluar heh?” ledek Jiyong.
“ani, cepat masuk.”
Dara menyruh masuk Jiyong. Jiyong memang sedikit termangu. Memang ini adalah kali pertama ia masuk kerumah gadis yang pernah ditolaknya dulu. Jantungnya berdegup kencang. Apa dia gugup.
“baiklah ini rumahku? Bagaimana? “
“mwo? Bagaimana apanya? Kau bertanya padaku?”
“ne.. tentu saja aigoo.. memangnya disini ada siapa selain kita Jiyong.. ppabo!”
“ne..ne.. arasseo.. uhmm cukup bagus, rapi tentu saja,”
“jinjja?” tanya Dara.
“Ne.. Chagiya,”
Dara terdiam mendengar kata-kata Jiyong baru saja terlontar. Entah kenapa dadanya terasa mengahangat. Sepertinya Dara senang dipanggil begitu. Namun, tentu saja ia harus menutupinya, ia juga ingin membuang segala perasaannya. Ia tahu Jiyong tak akan membalasnya. Baginya Dara yang dulu dengan yang sekarang adalah sama.
“Dara-yah, apa yang kau lamunkan? Ayo bantu aku mengerjakannya,” pinta Jiyong, yang menyadari bahwa Dara melamun.
“ah ne.. kalau begitu ayo kekamarku,” Dara mengajak Jiyong menuju kamarnya. Ketika melewati tangga Jiyong banyak menemukan foto-foto Dara dan keluarganya. Foto Dara ketika masih kecil, hingga sekarang.
*****
Sekarang Jiyong barada dalam kamar Dara sendirian. Setelah beberapa menit yang lalu Dara meninggalkanya untuk mengambilkan minum. Jiyong berjalan mengitari kamar yang didominasi warna pink tersebut. Ketika ia berdiri didepan meja belajar Dara, ia melihat sebuah buku. Entah apa yang ada dipikirannya hingga ia mengambil buku itu, dan mulai membacanya.
Ckrek.. terdengar pintu akan dibuka. Cepat-cepat ia memasukkan buku itu kedalam tasnya. Ia begitu penasaran dengan isi yang ada didalamnya.
“ya! Jiyongie! Lama menunggu?” tanya Dara. Ia masuk dengan membawa dua gelas minuman, dan setoples camilan.
“ani- geurae mari kita lanjutkan.”
“hu.uhm..”
Mereka melanjutkan pekerjaan mereka yang tertunda. Sebenarnya Jiyong bermain kerumah Dara tidak untuk meminta bantuannya. Lihat saja, selama Dara menerangkan materi ia sama sekali tidak memperhatikannya. Ia hanya melihat cara Dara berbicara, dan menerangkan.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Jiyong pamit untuk pulang, baik kepada Dara dan Eommanya. Dara tak henti-hentinya tersenyum, meski Jiyong sudah pulang.
*****
Jiyong menghempaskan tubuhnya keatas tempat tidur. Ia bahkan belum berganti pakaian. Biarlah, ia sangat ingin tahu apa isi buku berwarna mencolok milik Dara itu. Dalam hati ia juga merasa bersalah, karena mengambil yang bukan miliknya. Tapi, dia begitu ingin membacanya. Baiklah ia akan mulai membacanya.

MY FANFIC DARAGON



PLAYBOY and PLAYGIRL
Main cast : Kwon Jiyong (BIG BANG) and Sandara Park (2NE1)
Other cast : all member
Rated : T
Genre : Romance, and Humor (maybe)
PROLOG
Bagaimana jadinya apabila playboy dan playgirl bertemu. Apakah akan terjadi permusuhan? Ataukah sebuah cinta yang akan tumbuh diantara keduanya? Ikuti kisahnya cekidot.

Kwon Jiyong, ia merupakan seorang pemuda tampan, dan pintar. Ia juga cukup terkenal oleh kalangan siswa disekolahnya. Jika kau bertanya tentang dirinya kepada salah satu murid yang ada. Pasti mereka akan menjawabnya dengan penuh antusias. Semua siswa juga tahu, bahkan sangat tahu tentang dirinya. Yap, ia merupakan playboy kelas kakap. Semua tahu itu, tentu saja. Mungkin para murid laki-laki terlihat iri dengannya karena ia dengan mudahnya mendapatkan seorang Yeoja.
Para Namja ingin seperti dirinya, mudah mendapatkan seorang Yeoja. Tanpa harus bersusah payah. Jiyong atau yang lebih dikenal dengan nama GD ini selalu menebarkan ketampanannya. Ya, setidaknya itu yang ada dipikiran para namja.
.
.
Sandara Park, pemilik nama ini adalah seorang gadis manis nan cute. Ia memiliki penampilan yang tentunya good-looking. Gadis ini cukup pintar, apalagi dalam bidang menari, atau bahasa kerennya nge-dance. Ia merupakan seorang playgirl. Mungkin karena Yeoja ini memiliki kegood-lookingan maka ia menggunakannya dengan menjadi seorang playgirl.
Itu semua salah, ia menjadi playgirl karena ia patah hati oleh seorang namja yang dulu menolaknya mentah-mentah. Ia menjadi sakit hati karenanya dan berubah menjadi seorang Yeoja yang nakal.
.
.
Pagi ini Jiyong sedang berduaan dengan kekasihnya, Ahn Sohee. Saat ini mereka sedang berada di sebuah taman. So Hee menyandarkan kepalanya dibahu Jiyong, sedangkan Jiyong merangkulkan tangannya dipundak So Hee. Mereka berdua terlihat sangat mesra. Namun, mungkin bagi beberapa orang mereka berdua sungguh menjijikkan. Sama seperti pasangan yang berada disisi taman yang lain yaitu Dara, dan Jaejoong. Ternyata si playboy, dan si playgirl sedang bersama kekasihnya masing-masing. Mengundang tatapan iri kepada setiap namja dan yeoja yang melihatnya.
“aisshh.. apa yang mereka lakukan ditempat umum seperti ini? Dasar tidak punya aturan,” kata yeoja pertaman.
“tentu saja. Tapi, memangnya kita berani memprotes mereka? Kau tahu kan bagaimana galaknya mereka berdua,” sahut yeoja yang lainnya.
“aku setuju. Eh, bayangkan saja bagaimana kalau si Kwon Jiyong, dan Sandara Park menjadi sebuah pasangan,” kata seorang namja tiba-tiba.
“what? Anniya- aku tidak setuju!” seru seorang namja yang tiba-tiba muncul.
“mwo? Waeyo?” tanyanya kembali.
“Dara-ssi hanya milikku,”
“aisshh… ppabo.”
Semuanya lalu membubarkan diri, untuk memasuki kelas selanjutnya. Sepertinya kedua pasangan ini tidak menyadari bahwa bel pertanda masuknya pelajaran sudah dibunyikan. Mereka masih saja bermesra-mesraan dengan tidak pantasnya.
*****
Dara dan Jiyong sudah masuk kedalam kelas. Mereka memang berada dalam kelas yang sama. Ditambah mereka juga satu bangku. Bayangkan saja, apa yang terjadi bila seorang playboy, dan seorang playgirl berada dalam satu bangku. Yap benar, mereka selalu saja bertengkar, mulai dari hal yang penting hingga tidak penting sama sekali.
“Ya! Jiyong-ah! Bisa kau tidak menggerakkan bangkunya. Aku tidak bisa menulis dengan baik!” bentak Dara.
“aisshh.. diamlah, semuanya melirik kearah kita ppabo!” katanya sedikit berbisik. Mungkin karena ia takut imagenya didepan semua murid turun.
“hah.. pokoknya kau jangan bergerak-gerak,” kata Dara kemudian.
*****
Pelajaran disekolah seni itu sudah selesai beberapa menit yang lalu. Hampir semua murid sudah membubarkan dirinya dengan pulang kerumah, ataupun jalan-jalan bersama teman-temannya. Dara msih berada dalam sekolah itu, saat ini ia sedang berkeliling melihat-lihat. Tunggu—dimana kekasihnya itu.
“haissh.. membosankan sekali bila tidak ada Jaejoong oppa-,” katanya dengan menghela nafas panjang.
“sendirian saja heh Sandara Park!” kata seseorang yang tiba-tiba saja muncul disamping Dara. Dara memang terdiam, karena ia sudah tahu siapa yang berbicara. Ia hanya bisa menghela nafas panjang.
“Jiyong-ah! Kenapa kau ada disini?” tanya Dara.
“mwo? Memangnya kenapa? Kau terganggu dengan kehadiranku?” balasnya.
“Anniya- hanya saja terlihat sedikit aneh. Kemana So Hee unnie?” tanya Dara.
“wanita itu. Aku tidak bersamanya. Aku benci padanya,” jelas Jiyong. Sontak Dara membulatkan matanya. Tunggu—apa yang terjadi kepada teman sebnagkunya ini.
“mwo? Waeyo? Kau ada masalah dengan unnie itu?” tanya Dara ragu-ragu. Ia tahu betul bagaimana watak Jiyong.
“Molla. Sudahlah, lupakan. Kau sendiri kenapa tidak dengan Jaejoong Hyung?” tanya Jiyong balik.
“Anni, akhir-akhir ini dia sibuk, dan sepertinya ia menghindariku,” seru dara lirih.
Tanpa sadar tangan Jiyong mengusap pelan puncak kepala Dara, lalu mengangkat dagu Dara agar menatap  kearahnya. Dara hanya bisa terdiam, dirinya sendiri tidak melakukan perlawanan apa-apa, dan juga tidak menolaknya. Ia mengikuti kemana arah tangan Jiyong. Sampai akhirnya mereka bertatapan intens.
“Ji-Jiyongie wae?”
“ani, mianhae, mianhaemida.”
“gwenchanayo.”
Jiyong lalu melepaskan tangannya dari Dara. Membuat keduanya menjadi salah tingkah, karena kejadian tadi. Setelah Dara menatap Jiyong sebentar, ia lalu meninggalkan pemuda tampan itu, dan berjalan menuju ke tengah taman. Gadis manis itu memilih duduk dibawah pohon yang cukup rindang dengan mendengarkan lagu dari handphonennya.
Jiyong mengamati Dara dari kejauhan. Sesekali ia tersenyum melihat tingkah temannya itu. Ia sadar bahwa Dara yang sekarang berbeda dengan Dara yang dulu, ketika ia pertama kali mengungkapkan perasaannya kepada dirinya.
.
.
FLASHBACK
Saat itu Jiyong sedang duduk bersama teman-temannya. Ketika itu ia sehabis berlatih basket seperti biasanya. Teman-temannya sadar tiba-tiba seorang gadis culun menghampiri mereka.
“GD sepertinya ada yang mencarimu?” Seunghyun menyenggol bahu Jiyong.
“mwo? Namja? Yeoja?” balas Jiyong.
“seorang Yeoja. Sudah layani saja,” Youngbae menyarankan.
Yeoja itu menunduk, ketika ia sudah berada dihadapan Jiyong (GD). Jiyong menatapnya sedikit tajam, dan menunjukkan kesinisannya. Ia menyeringai melihat penampilan culun Yeoja dihadapannya.
“Ji-Jiyong Oppa, ak-aku menyukaimu. Terimalah?” gadis itu terlihat menyodorkan sebuah kotak berwarna merah muda terang. Jiyong kemudian berdehem, dan berdiri untuk mengambil kotak itu dari tangan gadis dihadapannya.
“Gomawo, tapi aku tidak bisa menerima pernyataanmu tentang perasaan mu. Ya, tentu saja, yeoja sepertimu tentulah bukan tipeku. Kau itu culun, dan lihat saja penampilan mu, sudah sana aku malas melihatmu,” lalu Jiyong mendorong Dara, hingga gadis bertubuh mungil itu tersungkur.
“Arrgghh.. appo! Aisshh.. namja ppabo!” teriaknya. Lalu kemudian ia berkata “kalau kau tidak suka denganku. Tidak perlu mendorongku. Aku tahu aku jelek—“
“siapa yang berkata kalau dirimu itu cantik, ppabo!” potong Jiyong tiba-tiba.
“lihat saja, jika aku berubah menjadi lebih cantik. Ku pastikan kau akan terpesona padaku.”
“oh yeah? Jeongmal? Jinjja?”
“ne.”
Lalu Dara berlari menjauhi Jiyong dan kawan-kawannya. Ia berlari sembari sesekali mengusap air mata yang jatuh dipipinya.
.
.
‘kau benar-benar berubah, dan membuatku terpesona kepadamu Dara-yah.’ Batin Jiyong.
“mwo? Kau melamun? Apa yang kau lamunkan?” tanya Dara dengan polosnya. Tiba-tiba saja gadis itu sudah berada dihadapannya, dan menggerakkan tangannya dihadapan wajah Jiyong.
“Ya! Siapa yang melamun?” teriak Jiyong.
“aissh.. kau tidak perlu berteriak? Jiyong-ah!” kata Dara cukup keras juga.
“ne..ne..”
Mereka berdua tertawa. Sampai akhirnya Kim Jaejoong datang, dan mengajak Dara pulang. Jiyong menatap kepergian mereka dengan seringai licik terpampang diwajah tampannya. Sepertinya ia ingin melaksanakan rencana lain. Naluri playboynya kambuh lagi, setelah ia putus dengan Ahn Sohee. Sepertinya kali ini ia akan mengincar teman masa kecilnya Sandara Park.

Minggu, 10 Maret 2013

17 Years of Love Song

Kadang, orang harus kehilangan sesuatu dulu untuk menyadari arti sesuatu yang lain.

Saat itu, aku belum menyadari kalau yang kuliahat bukan sesosok gadis berseragam SMA, tapi titisan malaikat.

Saat itu, aku megatakan satu hal yang tanpakusadari, akan menjadi satu permintaanku kepada Tuhan. Taukah kau apa permintaanku?

Saat itu aku merasa hanya ada kita berdua di dunia yang luas ini. Aku bias merasakan detak jantungmu di punggungku. Aku bisa merasakan hembusan lembut napasmu. Aku ingin waktu terhenti, tapi detik terus berjalan.
Apa kau ingat saat itu? Saat aku mengatakan kita ada di dunia yang sama? Itu juga berlaku untuk seberapa pun jauh jarak yang memisahkan kita

Selama kita bernapas di udara yang sama, berpijak pada tanah yang sama, dan ada di bawah langit yang sama, seberapa pun jauh jarak yang memisahkan, kita tetap ada di dunia yang sama. Tidakkah kau pikir begitu?

Kalau saja aku tahu apa yang kau rasakan saat itu, aku pasti akan menemanimu.

Saat itu aku belum menyadari, kalau kau adalah satu-satunya alasan mengapa aku berat meninggalkan kampung itu. Saat itu, akau hanyalah seorang anak muda yang belum mengenal cinta dan hanya memikirkan cita-cita. Maafkan aku karena telah meninggalkanmu.

Saat itu aku berpikir, hari itu adalah hari ketrika keajaiban terjadi. Tapi kemudian aku sadar, kalau itu bukanlah keajaiban. Itu adalah takdir.

Apa kau tahu? Mendengar tawamu lagi setelah lima tahun tidak mendengarnya, membuatku kembali ingat apa rasabya bahagia.

Hatiku selalu sakit tiap kali mendengar kabarmu, tidak tahu apa-apa tentangmu adalah hal yang paling tidak ingin kulalui lagi. Sudah sejauh ini aku mengejarmu dan tak akan pernah melepasmu lagi.

Ingatkah kau pada hari itu? Itu adalah hari saat aku memarahimu untuk pertama dan terakhir kalinya. Aku kan melakukan apa pun untuk menyakinkan bahwa kita berada di didunia yang sama.

Apa kau tahu, dimana tempat paling baik untuk kita? Jawabannya adalah di sisi satu sama lain,

Saat itu aku tidak ingin kau terkena flu. Aku tidak ingin kau terus-terusan ada di luar ruangan. Aku ingin menjagamu tetap hangat. Aku iongin kau hanya menyusahkanku dan bergantung padaku. Apa aku terlalu egois?

Ada yang mengatakan alasan-alasan mengapa dua orang tidak bisa disatukan dalam ikatan pernikahan, tapi , entah mengapa aku tak bisa menerima alasan itu begitu saja. Memang mengapa kalua kita masih muda? Memang mengapa kalu kita belum bekerja? Anggap aku bodoh, tapi si bodoh ini mencintaimu.

Aku ingat, malam itu aku berlari tak ada hari esok. Aku berlari menuju cahaya. Aku berlari menuju masa depan. Aku berlari menuju dirimu.

Aku tidak mau masa depan yang tidak ada kamu.

Apa kau tahu, malam itu, saat aku memelukmu, aku tahu aku telah melakukan hal yang besar. Aku piker, saat itu aku melakukan hal yangbesar.

Saat itu aku hancur, aku hancur. Aku benar-benar hancur dan tak bersisa. Isi kepalaku hanya tentang dirimi, dan tak ada yang lain. Aku terlalu mencintaimu sampai rasanya menyakitkan.

Ingatkah kau? Saat aku mengatakan Selama kita bernapas di udara yang sama, berpijak pada tanah yang sama, dan ada di bawah langit yang sama, kita ada di dunia yang sama? Saat ini kau sudah tidak memenuhi persyaratan itu.

Tapi, apa kau juga ingat aku pernah mengatakan kalu dirimu adalah kasus special?
Dalam hal ini, dimanapun kau berada, seberapa pun jauh jarak memisahkan kita, kita tetap berda di di dunia yang sama. Aku yakin itu.

Akhirnya sekarang aku mengerti perkataanmu dulu kalu kadang orang harus kehilangan sesuatu dulu untuk menyadari arti sesuatu yang lain. Aku senang kita bertemu. Terima kasih sudah mencintaiku.

Senin, 11 Februari 2013

SACRIFICE OF LOVE



Los Angeles, ketika musim dingin, terlihat berpuluh-puluh remaja sedang memenuhi “love park”. Ya hari ini adalah hari valentine, hari kasih sayang bagi para remaja. Tidak hanya remaja yang berpasangan saja yang terlihat, akan tetapi remaja yang tidakk memiliki pasangan juga ikut merayakan. Bisa jadi mereka merayakan bersama teman ataupun sahabatnya.
Terlihat seorang wanita muda yang sedang duduk di salah satu bangku yang berada di pojok, di bawah pohon sedang asyik membaca sebuah buku sembari sesekali melihat orang dan pasangan yang lalu lalang melintas. Apakah ia tidak ingin bersenang-senang seperti mereka? Entah itu pun tidak ada yang tahu. Wanita muda ini terlihat sangat tidak ingin berbicara sepatah kata pun dan mungkin sangat misterius. Sampai akhirnya ada seorang pemuda yang menghampirinya.
“boleh saya duduk disini?” Tanya pemuda itu sewajarnya.
“ya, tentu saja.” Jawabnya dengan ambigu, dan tanpa menoleh sedikitpun.
Keheningan sejenak pun terjadi.
“ehmm”
“ada apa, apakah ada yang salah” Tanya wanita muda itu dengan menoleh kearah pemuda tersebut.
“tidak, kau, apakah kau tidak ingin merayakan hari valentine seperti yang lainnya?”
“tidak, aku tidak memiliki pasangan disini”
“kalau begitu aku pun sama, tapi apakah hanya orang yang memiliki pasangan saja yang bisa merayakan?”
“aku tidak tahu, dan hei! Kenapa kau bertanya seperti itu?”
Tunggu…. Tadi kita menyebutkan bahwa wanita muda ini terlihat diam dan misterius, dan aww! Sepertinya kata-kata itu tidak akan berlaku lagi, terlihat disini bahwa wanita muda ini sangat nyaman untuk diajak bicara.
“apakah aku salah bila bertanya seperti itu?”
“oh tentu saja tidak”
“baiklah, kalu begitu apa jawabanmu?”
“jawaban ku, tentu saja tidak, kita tidak harus merayakannya bersama pasangan saja, tentu saja kita bisa merayakannya dengan orang lain, misalnya saja aku dan kamu.”
“ohhh… begitu, kalau begitu, kenapa kita tidak merayakannya berdua saja”
“apa kau bilang, berdua, tidak mau”
“kenapa?”
“kita baru saja bertemu, dan baru saja berbicara, itu sebuah ketidaksengajaan, aku saja belum mengenalmu!”
“baiklah kalu begitu, perkenalkan namaku Josh, namamu?”
“namaku Julie,”
“oh waw, itu nama yang cukup bagus, baiklah apakah dengan begini kita bisa jalan-jalan sekarang”
“tidak bisa, karena aku belum mengenalmu lebih dalam, kita bahkan baru beberapa detik selesai berbicara, dan sekarang kau memintaku untuk jalan berdua, itu adalah hal yang aneh.”
“oh girl, ayolah… ini bukan jaman tahun 90 an, kenapa kau masih berpikiran picik seperti itu, aku ini adalah pria baik-baik, tenang saja aku tidak akan menyakitimu.”
“bagaimana, aku nanti bisa mempercayaimu?”
“sudahlah kau akan tahu nanti, sekarang ayo kita jalan-jalan.!” Kata Josh sembari menarik tangan Julie kearah tengah taman.
Mereka berdua lalu berjalan beriringan dengan bergandengan tangan seperti pasangan lainnya, ohh… mungkin saja sungguh terlihat sangat mesra, dan sepertinya mereka menikmati saat-saat seperti ini. Muka Julie sudah sangat memerah, dan jantungnya oh pastinya sangat berdebar kencang. Bagaimana dengan Josh, apakah ia juga merasakan hal yang sama?
Sesampainya di tengah taman, terlihat sebuah air mancur yang terdapat tulisan LOVE ditengahnya sedang memancur indah. Josh menatap kearah air mancur itu cukup lama, hingga sebuah keheningan pun tercipta. Sampai pada akhirnya Julie menyadarkan lamunan Josh.
“hei, kenapa kau melamun seperti ini?”
“aku.. melamun.. jangan bercanda? Oh iya, bagaimana kalau kita menikmati secangkir coffe latte dan sepotong croissant di kafe yang ada diseberang sana, sepertinya suasana di sana terlihat menyenangkan?”
“ah, kau..? tunggu aku masih ingin disini untuk sekedar menikmati pemandangan air mancur yang indah ini, kita baru saja sampai, dan bahkan tadi kau melamun, sekarang kau mengajakku untuk pergi lagi? Aku bahkan belum menikmati pemandangan, dasar lelaki egois.!”
“baik baik, dasar merepotkan! Apakah semua wanita akan selalu merepotkan?”
“hei, kau akan seperti itu? Tentu saja tidak bahkan jika tidak ada wanita kau tidak akan bisa mengurus dirimu sendiri bodoh”
“apa iya? Bahkan selama ini aku mengurus diriku sendiri?”
“hei! Berarti kau melupakan ibumu yang merawatmu.”
“ahaha… ya ya kau benar, baiklah kita akan disini sebentar.”
“tentu.”
Keheningan tercipta diantara mereka berdua. Ya tentu saja, mereka sadang asyik menikmati indahnya air mancur itu. Sampai akhirnya hari menjelang malam dan para pasangan mulai berkurang. Entah kenapa, mungkin saja banyak diantara mereka ingin pulang, atau menikmati makan malam berdua yang romantic. Tapi, setidaknya bagi kedua muda-mudi ini belum ada yang ingin pergi meninggalkan tempat tersebut.
Tiba-tiba si pemuda itu tersadar akan rencana awal mereka.
“ehem, baiklah kita sudah cukup lama di tempat ini, hingga kita lupa untuk rencana kita tadi.”
“maaf, aku terlalu menikmati pemandangan, bagaimana jika nanti di kafe aku yang akan mentraktir mu, hm?”
“apa? Kau yang membayar? Oh tidak tidak, itu hal yang aneh menurutku.”
“hah? Tapi kenapa? Menurutku tidaka ada yang aneh bila aku yang membayar, itu hanya sebagai permintaan maafku saja, karena telah membuatmu menunggu tadi.”
“hahah, aku tidak apa-apa, sudahlah ayo, kita ke kafe sekarang, nanti keburu malam.”
“baik baik dasar pemaksa sekali.”
Mereka lalu berjalan kearah kafe yang akan dituju. Melewati beberapa pertokoan yang sedang mengadakan berbagai macam diskon di hari valentine ini, dan pastinya setiap toko tersebut di dominasi oleh berbagai warna pink dengan aksen gambar couple dan love. Oh.. sungguh sangat imut dan pastinya berlebihan sekali. Ketika melewati sebuah toko, Julie berhenti sejenak sembari memandang sebuah pakaian couple yang di pajang di etalase toko itu. Josh yang menyadarinya juga ikut berhenti, sembari menatap bingung.
“ada apa? Kenapa berhenti mendadak?”
“ah tidak ada apa-apa”
“kau menginginkan pakaian tadi?”
“aku? Ingin? Tidak, aku hanya memandangnya saja”
“kalau kau ingin juga tidak apa-apa”
“kalau aku menginginkannya kenapa? Lagi pula aku tidak akan sanggup untuk membelinya, harganya sungguh sangat mahal, dan aku – “
“aku yang akan membelikannya untuk mu, ayo ikut aku”
“tapi – “
“tidak ada tapi-tapi”
Josh akhirnya dengan susah payah menarik Julie kedalam toko untuk membeli pakaian yang dinginkan Julie. Julie dengan enggan mengikutinya, namun sebenarnya dalam hati sungguh ia sangat bersyukur hari itu. Jantungnya sangat berdebar kencang, oh dan mungkin saja wajahnya sudah bersemu merah karena malu.
“pelayan, tolong ambilkan pakaian yang ada di etalase itu, keduanya.” Pinta Josh
“oh baiklah,” pelayan itupun bergegas menganbil pakaian itu.
“baiklah berapa semuanya?” Tanya Josh sembari mengeluarkan dompetnya.
“$22,0 karena hari ini ada diskon dan oh ya kalian sangat beruntung masih bisa membeli baju ini.”
“hah beruntung kenapa harus beruntung bukankah ini hanya merupakan baju”
“ini adalah baju edisi terakhir di toko kami.”
“oh… begitu. Baiklah terima kasih ya.”
“sama-sama silahkan datang kembali lain kali.”
Julie masih terdian akibat kejadian tadi entah melamun atau shocked karena Josh, sesosok pemuda yang baru dikenalnya membelikan sesuatu di hari valentine, untuknya, itu sangat menganehkan, bahkan mereka kenal kurang dari 24 jam tapi mereka bahkan seakan seperti kekasih yang telah menjalin hubungan selama bertahun-tahun. Josh sangat membenci keheningan, bahkan ketika mereka sampai di kafe itu. Karena, tidak sabar akhirnya Josh memberikan bungkusan pakaian tadi kepada Julie.
“ehem, ini bajunya.”
“eh? Oh? Iya terima kasih, aku sungguh sangat berhutang padamu.”
“hah, tidak perlu biasa saja. Aku membelikannya karna kau menginginkannya kan.?”
“memang iya, tapi kan kau juga tidak perlu repot membelikannya untukku.”
“sudahlah, anggap saja itu hadiah valentine untukmu. Malam ini kau mau makan apa?”
“uhmm… aku juga tidak tahu.”
“pelayan!”
“ya tuan, anda ingin memesan apa, silahkan dibaca dulu menu kami?”
Josh sudah hendak memesan sesuatu, namun Julie masih bingung ingin memesan apa, terlihat dari raut wajahnya yang sedari tadi juga hanya membolak-balik buku menu itu.
“baiklah aku memesan steak, dan segelas air putih, juga espresso, berika dia juga sama denganku, tapi espressonya di ganti jus jeruk ya.”
“itu saja, baiklah tunggu sebentar.”
Julie terdiam dan menatap wajah Josh dengan pendangan yang aneh. Josh yang merasa dipandangi akhirnya menatap kearah Julie dan bertanya.
“kau? Kenapa kau menatapku seperti itu nona?”
“oh tidak? Oh iya, uhm kau disini tinggal dengan siapa?”
“aku tinggal sendiri, orang tuaku ada di Australia, aku disini untuk melanjutkan pendidikan kuliah ku.”
“oh, memang kau kuliah apa,?”
“aku kuliah jurusan perfilman, aku sangat ingin menjadi sutradara, walau terkadang aku diundang untuk menjadi seorang fotografer.”
“ waw itu sangat menakjubkan, berarti kau sangat berbakat ya, aku sangat salut dengan mu, bisakah kau ajari aku menjadi fotografer handal?”
“ya mungkin. Haha.. lalu kau sendiri disini tinggal dengan siapa?”
“aku juga tinggal sendiri, orang tuaku tinggal di Paris untuk mengurus butik mereka, aku sendiri sangat tidak tertarik didunia perbisnisan.”
“lalu kau kuliah jurusan apa?”
“aku kuliah di jurusan sastra, jujur aku sangat ingin menjadi seorang penulis yang terkenal, apalagi aku sangat menyukai novel bercitra romansa.”
“kalau begitu, kita bisa saja menjadi seorang partner ya, jika kau yang menulis cerita atau scenario, bisa saja aku membuat filmnya, bagaimana sangat menguntungkan bukan.?”
“ternyata kau bisa juga berpikir panjang seperti itu ya?”
Keadaan seperti ini mampu membuat mereka tertawa lepas juga. Sampai akhirnya pelayan yang mengantar pesanan mereka berdua datang. Lalu kegiatan berbicara mereka terhenti sejenak, karena mereka harus memakan makanan mereka dahulu. Hal sangat tidak menyenangkan.
Malam pun semakin larut, Julie harus segera pulang bila tidak ingin terlambat masuk kuliah. Namun tentu saja pulang malam sendirian adalah hal yang tidak boleh bagi seorang gadis seperti dia. Dia sebenarnya ingin meminta Josh untuk mengantarnya, tapi dia tidak ingin mereptkan Josh lagi.
“Josh, ehm – “
“ya Julie, ada apa.?”
“ah tidak-tidak, tidak jadi.”
“sudah terlalu malan, saatnya kita pulang, ayo kuantar kau pulang ke apartment mu.”
Julie terkejut dengan ajakan Josh barusan, dia membekap mulutnya sejenak, diam dan hanya menaatap Josh dengan pandangan yang tidak bisa dibaca.
“kau, mengajak ku?”

“ya tentu saja, memangnya aku mengajak siapa lagi.?”
“ya mungkin saja kau hanya pura-pura menawariku seperti itu.”
“ya mana mungkin aku melakukan hal seperti itu, dan untuk apa juga aku melakukannya.”
Julie yang kalah hanya mampu memalingkan wajahnya saja. Terlihat Josh yang tertawa ringan melihatnya. Julie lalu menatapnya dengan pandangan ‘kenapa kau tertawa apakah ada yang lucu dengan ku’. Dan oh ternyata Josh pun menyadarinya, dan langsung meminta maaf. Benar-benar lelaki yang sangat peka.
###
Akhirnya Julie menyerah dan menerima tawaran Josh yang ingin mengantarnya pulang malam ini. Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil Josh, dan sedang dalam perjalanan menuju rumah Julie yang berada di OCEAN BLUE sebuah apartment mewah di pinggiran kota Los Angeles. Mereka berdua terdiam dengan dunia dan kesibukan mereka masing-masing, Josh yang sedang asyik menyetir mobil, dan Julie yang berusaha menetralkan detak jantungnya dengan menatap luar dari jendela mobil.
“hei, kau melamun, melamunkan apa,?”
“aku,? Melamun? Tidak melamunkan apa?”
“ya mungkin melamunkan ku.?”
“hah kenapa kau percaya diri sekali, dan untuk apa juga aku melamunkan mu.”
“ahahaha… iya iya aku tahu.”
“sudah sampai.”
“hah, apa? Oh sudah sampai?”
“e.emb”
Julie dengan cepat membuka pintu dan segera turun dari dalam mobil Josh. Sebelum menutup pintu  dia sejenak menatap Josh dan terseyum sangata manis kepadanya.
“aku masuk dulu ya, umm.. kau tidak ingin mampir dulukah.?”
“tidak usah, ini sudah sangat malam, aku pulang dulu, besok saja aku mampir untuk menjemputmu, kamu tinggal di?”
“kamar 222 oke, baiklah kalau begitu, aku masuk, dan selamat malam, oh ya hati-hati.”
“tunggu sebentar.”
Julie terhenti, Josh turun dari mobil dan secara tiba-tiba mencium kening Julie sangat lama dan begitu mesra. Jantung Julie serasa berhenti, dunia saperti diam dan waktu pun berhenti berputar.
“ah Josh, apa yang kamu lakukan.”
“hanya ciuman selamat malam dan selamat tidur aja.”
“ah terimakasih.”
Josh hanya mampu tersenyum kepadanya. Sedangkan dia hanya diam dan bergegas masuk kedalam apartment tanpa melihat kearah Josh. Dan Josh pun segera pergi dari sana.
###
Julie dan Josh akhirnya terdiam di ruang santai dengan wajah masing-masing yang tertunduk karena malu.
 
Teen love Story Blogger Template by Ipietoon Blogger Template