Senin, 11 Februari 2013

SACRIFICE OF LOVE



Los Angeles, ketika musim dingin, terlihat berpuluh-puluh remaja sedang memenuhi “love park”. Ya hari ini adalah hari valentine, hari kasih sayang bagi para remaja. Tidak hanya remaja yang berpasangan saja yang terlihat, akan tetapi remaja yang tidakk memiliki pasangan juga ikut merayakan. Bisa jadi mereka merayakan bersama teman ataupun sahabatnya.
Terlihat seorang wanita muda yang sedang duduk di salah satu bangku yang berada di pojok, di bawah pohon sedang asyik membaca sebuah buku sembari sesekali melihat orang dan pasangan yang lalu lalang melintas. Apakah ia tidak ingin bersenang-senang seperti mereka? Entah itu pun tidak ada yang tahu. Wanita muda ini terlihat sangat tidak ingin berbicara sepatah kata pun dan mungkin sangat misterius. Sampai akhirnya ada seorang pemuda yang menghampirinya.
“boleh saya duduk disini?” Tanya pemuda itu sewajarnya.
“ya, tentu saja.” Jawabnya dengan ambigu, dan tanpa menoleh sedikitpun.
Keheningan sejenak pun terjadi.
“ehmm”
“ada apa, apakah ada yang salah” Tanya wanita muda itu dengan menoleh kearah pemuda tersebut.
“tidak, kau, apakah kau tidak ingin merayakan hari valentine seperti yang lainnya?”
“tidak, aku tidak memiliki pasangan disini”
“kalau begitu aku pun sama, tapi apakah hanya orang yang memiliki pasangan saja yang bisa merayakan?”
“aku tidak tahu, dan hei! Kenapa kau bertanya seperti itu?”
Tunggu…. Tadi kita menyebutkan bahwa wanita muda ini terlihat diam dan misterius, dan aww! Sepertinya kata-kata itu tidak akan berlaku lagi, terlihat disini bahwa wanita muda ini sangat nyaman untuk diajak bicara.
“apakah aku salah bila bertanya seperti itu?”
“oh tentu saja tidak”
“baiklah, kalu begitu apa jawabanmu?”
“jawaban ku, tentu saja tidak, kita tidak harus merayakannya bersama pasangan saja, tentu saja kita bisa merayakannya dengan orang lain, misalnya saja aku dan kamu.”
“ohhh… begitu, kalau begitu, kenapa kita tidak merayakannya berdua saja”
“apa kau bilang, berdua, tidak mau”
“kenapa?”
“kita baru saja bertemu, dan baru saja berbicara, itu sebuah ketidaksengajaan, aku saja belum mengenalmu!”
“baiklah kalu begitu, perkenalkan namaku Josh, namamu?”
“namaku Julie,”
“oh waw, itu nama yang cukup bagus, baiklah apakah dengan begini kita bisa jalan-jalan sekarang”
“tidak bisa, karena aku belum mengenalmu lebih dalam, kita bahkan baru beberapa detik selesai berbicara, dan sekarang kau memintaku untuk jalan berdua, itu adalah hal yang aneh.”
“oh girl, ayolah… ini bukan jaman tahun 90 an, kenapa kau masih berpikiran picik seperti itu, aku ini adalah pria baik-baik, tenang saja aku tidak akan menyakitimu.”
“bagaimana, aku nanti bisa mempercayaimu?”
“sudahlah kau akan tahu nanti, sekarang ayo kita jalan-jalan.!” Kata Josh sembari menarik tangan Julie kearah tengah taman.
Mereka berdua lalu berjalan beriringan dengan bergandengan tangan seperti pasangan lainnya, ohh… mungkin saja sungguh terlihat sangat mesra, dan sepertinya mereka menikmati saat-saat seperti ini. Muka Julie sudah sangat memerah, dan jantungnya oh pastinya sangat berdebar kencang. Bagaimana dengan Josh, apakah ia juga merasakan hal yang sama?
Sesampainya di tengah taman, terlihat sebuah air mancur yang terdapat tulisan LOVE ditengahnya sedang memancur indah. Josh menatap kearah air mancur itu cukup lama, hingga sebuah keheningan pun tercipta. Sampai pada akhirnya Julie menyadarkan lamunan Josh.
“hei, kenapa kau melamun seperti ini?”
“aku.. melamun.. jangan bercanda? Oh iya, bagaimana kalau kita menikmati secangkir coffe latte dan sepotong croissant di kafe yang ada diseberang sana, sepertinya suasana di sana terlihat menyenangkan?”
“ah, kau..? tunggu aku masih ingin disini untuk sekedar menikmati pemandangan air mancur yang indah ini, kita baru saja sampai, dan bahkan tadi kau melamun, sekarang kau mengajakku untuk pergi lagi? Aku bahkan belum menikmati pemandangan, dasar lelaki egois.!”
“baik baik, dasar merepotkan! Apakah semua wanita akan selalu merepotkan?”
“hei, kau akan seperti itu? Tentu saja tidak bahkan jika tidak ada wanita kau tidak akan bisa mengurus dirimu sendiri bodoh”
“apa iya? Bahkan selama ini aku mengurus diriku sendiri?”
“hei! Berarti kau melupakan ibumu yang merawatmu.”
“ahaha… ya ya kau benar, baiklah kita akan disini sebentar.”
“tentu.”
Keheningan tercipta diantara mereka berdua. Ya tentu saja, mereka sadang asyik menikmati indahnya air mancur itu. Sampai akhirnya hari menjelang malam dan para pasangan mulai berkurang. Entah kenapa, mungkin saja banyak diantara mereka ingin pulang, atau menikmati makan malam berdua yang romantic. Tapi, setidaknya bagi kedua muda-mudi ini belum ada yang ingin pergi meninggalkan tempat tersebut.
Tiba-tiba si pemuda itu tersadar akan rencana awal mereka.
“ehem, baiklah kita sudah cukup lama di tempat ini, hingga kita lupa untuk rencana kita tadi.”
“maaf, aku terlalu menikmati pemandangan, bagaimana jika nanti di kafe aku yang akan mentraktir mu, hm?”
“apa? Kau yang membayar? Oh tidak tidak, itu hal yang aneh menurutku.”
“hah? Tapi kenapa? Menurutku tidaka ada yang aneh bila aku yang membayar, itu hanya sebagai permintaan maafku saja, karena telah membuatmu menunggu tadi.”
“hahah, aku tidak apa-apa, sudahlah ayo, kita ke kafe sekarang, nanti keburu malam.”
“baik baik dasar pemaksa sekali.”
Mereka lalu berjalan kearah kafe yang akan dituju. Melewati beberapa pertokoan yang sedang mengadakan berbagai macam diskon di hari valentine ini, dan pastinya setiap toko tersebut di dominasi oleh berbagai warna pink dengan aksen gambar couple dan love. Oh.. sungguh sangat imut dan pastinya berlebihan sekali. Ketika melewati sebuah toko, Julie berhenti sejenak sembari memandang sebuah pakaian couple yang di pajang di etalase toko itu. Josh yang menyadarinya juga ikut berhenti, sembari menatap bingung.
“ada apa? Kenapa berhenti mendadak?”
“ah tidak ada apa-apa”
“kau menginginkan pakaian tadi?”
“aku? Ingin? Tidak, aku hanya memandangnya saja”
“kalau kau ingin juga tidak apa-apa”
“kalau aku menginginkannya kenapa? Lagi pula aku tidak akan sanggup untuk membelinya, harganya sungguh sangat mahal, dan aku – “
“aku yang akan membelikannya untuk mu, ayo ikut aku”
“tapi – “
“tidak ada tapi-tapi”
Josh akhirnya dengan susah payah menarik Julie kedalam toko untuk membeli pakaian yang dinginkan Julie. Julie dengan enggan mengikutinya, namun sebenarnya dalam hati sungguh ia sangat bersyukur hari itu. Jantungnya sangat berdebar kencang, oh dan mungkin saja wajahnya sudah bersemu merah karena malu.
“pelayan, tolong ambilkan pakaian yang ada di etalase itu, keduanya.” Pinta Josh
“oh baiklah,” pelayan itupun bergegas menganbil pakaian itu.
“baiklah berapa semuanya?” Tanya Josh sembari mengeluarkan dompetnya.
“$22,0 karena hari ini ada diskon dan oh ya kalian sangat beruntung masih bisa membeli baju ini.”
“hah beruntung kenapa harus beruntung bukankah ini hanya merupakan baju”
“ini adalah baju edisi terakhir di toko kami.”
“oh… begitu. Baiklah terima kasih ya.”
“sama-sama silahkan datang kembali lain kali.”
Julie masih terdian akibat kejadian tadi entah melamun atau shocked karena Josh, sesosok pemuda yang baru dikenalnya membelikan sesuatu di hari valentine, untuknya, itu sangat menganehkan, bahkan mereka kenal kurang dari 24 jam tapi mereka bahkan seakan seperti kekasih yang telah menjalin hubungan selama bertahun-tahun. Josh sangat membenci keheningan, bahkan ketika mereka sampai di kafe itu. Karena, tidak sabar akhirnya Josh memberikan bungkusan pakaian tadi kepada Julie.
“ehem, ini bajunya.”
“eh? Oh? Iya terima kasih, aku sungguh sangat berhutang padamu.”
“hah, tidak perlu biasa saja. Aku membelikannya karna kau menginginkannya kan.?”
“memang iya, tapi kan kau juga tidak perlu repot membelikannya untukku.”
“sudahlah, anggap saja itu hadiah valentine untukmu. Malam ini kau mau makan apa?”
“uhmm… aku juga tidak tahu.”
“pelayan!”
“ya tuan, anda ingin memesan apa, silahkan dibaca dulu menu kami?”
Josh sudah hendak memesan sesuatu, namun Julie masih bingung ingin memesan apa, terlihat dari raut wajahnya yang sedari tadi juga hanya membolak-balik buku menu itu.
“baiklah aku memesan steak, dan segelas air putih, juga espresso, berika dia juga sama denganku, tapi espressonya di ganti jus jeruk ya.”
“itu saja, baiklah tunggu sebentar.”
Julie terdiam dan menatap wajah Josh dengan pendangan yang aneh. Josh yang merasa dipandangi akhirnya menatap kearah Julie dan bertanya.
“kau? Kenapa kau menatapku seperti itu nona?”
“oh tidak? Oh iya, uhm kau disini tinggal dengan siapa?”
“aku tinggal sendiri, orang tuaku ada di Australia, aku disini untuk melanjutkan pendidikan kuliah ku.”
“oh, memang kau kuliah apa,?”
“aku kuliah jurusan perfilman, aku sangat ingin menjadi sutradara, walau terkadang aku diundang untuk menjadi seorang fotografer.”
“ waw itu sangat menakjubkan, berarti kau sangat berbakat ya, aku sangat salut dengan mu, bisakah kau ajari aku menjadi fotografer handal?”
“ya mungkin. Haha.. lalu kau sendiri disini tinggal dengan siapa?”
“aku juga tinggal sendiri, orang tuaku tinggal di Paris untuk mengurus butik mereka, aku sendiri sangat tidak tertarik didunia perbisnisan.”
“lalu kau kuliah jurusan apa?”
“aku kuliah di jurusan sastra, jujur aku sangat ingin menjadi seorang penulis yang terkenal, apalagi aku sangat menyukai novel bercitra romansa.”
“kalau begitu, kita bisa saja menjadi seorang partner ya, jika kau yang menulis cerita atau scenario, bisa saja aku membuat filmnya, bagaimana sangat menguntungkan bukan.?”
“ternyata kau bisa juga berpikir panjang seperti itu ya?”
Keadaan seperti ini mampu membuat mereka tertawa lepas juga. Sampai akhirnya pelayan yang mengantar pesanan mereka berdua datang. Lalu kegiatan berbicara mereka terhenti sejenak, karena mereka harus memakan makanan mereka dahulu. Hal sangat tidak menyenangkan.
Malam pun semakin larut, Julie harus segera pulang bila tidak ingin terlambat masuk kuliah. Namun tentu saja pulang malam sendirian adalah hal yang tidak boleh bagi seorang gadis seperti dia. Dia sebenarnya ingin meminta Josh untuk mengantarnya, tapi dia tidak ingin mereptkan Josh lagi.
“Josh, ehm – “
“ya Julie, ada apa.?”
“ah tidak-tidak, tidak jadi.”
“sudah terlalu malan, saatnya kita pulang, ayo kuantar kau pulang ke apartment mu.”
Julie terkejut dengan ajakan Josh barusan, dia membekap mulutnya sejenak, diam dan hanya menaatap Josh dengan pandangan yang tidak bisa dibaca.
“kau, mengajak ku?”

“ya tentu saja, memangnya aku mengajak siapa lagi.?”
“ya mungkin saja kau hanya pura-pura menawariku seperti itu.”
“ya mana mungkin aku melakukan hal seperti itu, dan untuk apa juga aku melakukannya.”
Julie yang kalah hanya mampu memalingkan wajahnya saja. Terlihat Josh yang tertawa ringan melihatnya. Julie lalu menatapnya dengan pandangan ‘kenapa kau tertawa apakah ada yang lucu dengan ku’. Dan oh ternyata Josh pun menyadarinya, dan langsung meminta maaf. Benar-benar lelaki yang sangat peka.
###
Akhirnya Julie menyerah dan menerima tawaran Josh yang ingin mengantarnya pulang malam ini. Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil Josh, dan sedang dalam perjalanan menuju rumah Julie yang berada di OCEAN BLUE sebuah apartment mewah di pinggiran kota Los Angeles. Mereka berdua terdiam dengan dunia dan kesibukan mereka masing-masing, Josh yang sedang asyik menyetir mobil, dan Julie yang berusaha menetralkan detak jantungnya dengan menatap luar dari jendela mobil.
“hei, kau melamun, melamunkan apa,?”
“aku,? Melamun? Tidak melamunkan apa?”
“ya mungkin melamunkan ku.?”
“hah kenapa kau percaya diri sekali, dan untuk apa juga aku melamunkan mu.”
“ahahaha… iya iya aku tahu.”
“sudah sampai.”
“hah, apa? Oh sudah sampai?”
“e.emb”
Julie dengan cepat membuka pintu dan segera turun dari dalam mobil Josh. Sebelum menutup pintu  dia sejenak menatap Josh dan terseyum sangata manis kepadanya.
“aku masuk dulu ya, umm.. kau tidak ingin mampir dulukah.?”
“tidak usah, ini sudah sangat malam, aku pulang dulu, besok saja aku mampir untuk menjemputmu, kamu tinggal di?”
“kamar 222 oke, baiklah kalau begitu, aku masuk, dan selamat malam, oh ya hati-hati.”
“tunggu sebentar.”
Julie terhenti, Josh turun dari mobil dan secara tiba-tiba mencium kening Julie sangat lama dan begitu mesra. Jantung Julie serasa berhenti, dunia saperti diam dan waktu pun berhenti berputar.
“ah Josh, apa yang kamu lakukan.”
“hanya ciuman selamat malam dan selamat tidur aja.”
“ah terimakasih.”
Josh hanya mampu tersenyum kepadanya. Sedangkan dia hanya diam dan bergegas masuk kedalam apartment tanpa melihat kearah Josh. Dan Josh pun segera pergi dari sana.
###
Julie dan Josh akhirnya terdiam di ruang santai dengan wajah masing-masing yang tertunduk karena malu.

SACRIFICE OF LOVE



Los Angeles, ketika musim dingin, terlihat berpuluh-puluh remaja sedang memenuhi “love park”. Ya hari ini adalah hari valentine, hari kasih sayang bagi para remaja. Tidak hanya remaja yang berpasangan saja yang terlihat, akan tetapi remaja yang tidakk memiliki pasangan juga ikut merayakan. Bisa jadi mereka merayakan bersama teman ataupun sahabatnya.
Terlihat seorang wanita muda yang sedang duduk di salah satu bangku yang berada di pojok, di bawah pohon sedang asyik membaca sebuah buku sembari sesekali melihat orang dan pasangan yang lalu lalang melintas. Apakah ia tidak ingin bersenang-senang seperti mereka? Entah itu pun tidak ada yang tahu. Wanita muda ini terlihat sangat tidak ingin berbicara sepatah kata pun dan mungkin sangat misterius. Sampai akhirnya ada seorang pemuda yang menghampirinya.
“boleh saya duduk disini?” Tanya pemuda itu sewajarnya.
“ya, tentu saja.” Jawabnya dengan ambigu, dan tanpa menoleh sedikitpun.
Keheningan sejenak pun terjadi.
“ehmm”
“ada apa, apakah ada yang salah” Tanya wanita muda itu dengan menoleh kearah pemuda tersebut.
“tidak, kau, apakah kau tidak ingin merayakan hari valentine seperti yang lainnya?”
“tidak, aku tidak memiliki pasangan disini”
“kalau begitu aku pun sama, tapi apakah hanya orang yang memiliki pasangan saja yang bisa merayakan?”
“aku tidak tahu, dan hei! Kenapa kau bertanya seperti itu?”
Tunggu…. Tadi kita menyebutkan bahwa wanita muda ini terlihat diam dan misterius, dan aww! Sepertinya kata-kata itu tidak akan berlaku lagi, terlihat disini bahwa wanita muda ini sangat nyaman untuk diajak bicara.
“apakah aku salah bila bertanya seperti itu?”
“oh tentu saja tidak”
“baiklah, kalu begitu apa jawabanmu?”
“jawaban ku, tentu saja tidak, kita tidak harus merayakannya bersama pasangan saja, tentu saja kita bisa merayakannya dengan orang lain, misalnya saja aku dan kamu.”
“ohhh… begitu, kalau begitu, kenapa kita tidak merayakannya berdua saja”
“apa kau bilang, berdua, tidak mau”
“kenapa?”
“kita baru saja bertemu, dan baru saja berbicara, itu sebuah ketidaksengajaan, aku saja belum mengenalmu!”
“baiklah kalu begitu, perkenalkan namaku Josh, namamu?”
“namaku Julie,”
“oh waw, itu nama yang cukup bagus, baiklah apakah dengan begini kita bisa jalan-jalan sekarang”
“tidak bisa, karena aku belum mengenalmu lebih dalam, kita bahkan baru beberapa detik selesai berbicara, dan sekarang kau memintaku untuk jalan berdua, itu adalah hal yang aneh.”
“oh girl, ayolah… ini bukan jaman tahun 90 an, kenapa kau masih berpikiran picik seperti itu, aku ini adalah pria baik-baik, tenang saja aku tidak akan menyakitimu.”
“bagaimana, aku nanti bisa mempercayaimu?”
“sudahlah kau akan tahu nanti, sekarang ayo kita jalan-jalan.!” Kata Josh sembari menarik tangan Julie kearah tengah taman.
Mereka berdua lalu berjalan beriringan dengan bergandengan tangan seperti pasangan lainnya, ohh… mungkin saja sungguh terlihat sangat mesra, dan sepertinya mereka menikmati saat-saat seperti ini. Muka Julie sudah sangat memerah, dan jantungnya oh pastinya sangat berdebar kencang. Bagaimana dengan Josh, apakah ia juga merasakan hal yang sama?
Sesampainya di tengah taman, terlihat sebuah air mancur yang terdapat tulisan LOVE ditengahnya sedang memancur indah. Josh menatap kearah air mancur itu cukup lama, hingga sebuah keheningan pun tercipta. Sampai pada akhirnya Julie menyadarkan lamunan Josh.
“hei, kenapa kau melamun seperti ini?”
“aku.. melamun.. jangan bercanda? Oh iya, bagaimana kalau kita menikmati secangkir coffe latte dan sepotong croissant di kafe yang ada diseberang sana, sepertinya suasana di sana terlihat menyenangkan?”
“ah, kau..? tunggu aku masih ingin disini untuk sekedar menikmati pemandangan air mancur yang indah ini, kita baru saja sampai, dan bahkan tadi kau melamun, sekarang kau mengajakku untuk pergi lagi? Aku bahkan belum menikmati pemandangan, dasar lelaki egois.!”
“baik baik, dasar merepotkan! Apakah semua wanita akan selalu merepotkan?”
“hei, kau akan seperti itu? Tentu saja tidak bahkan jika tidak ada wanita kau tidak akan bisa mengurus dirimu sendiri bodoh”
“apa iya? Bahkan selama ini aku mengurus diriku sendiri?”
“hei! Berarti kau melupakan ibumu yang merawatmu.”
“ahaha… ya ya kau benar, baiklah kita akan disini sebentar.”
“tentu.”
Keheningan tercipta diantara mereka berdua. Ya tentu saja, mereka sadang asyik menikmati indahnya air mancur itu. Sampai akhirnya hari menjelang malam dan para pasangan mulai berkurang. Entah kenapa, mungkin saja banyak diantara mereka ingin pulang, atau menikmati makan malam berdua yang romantic. Tapi, setidaknya bagi kedua muda-mudi ini belum ada yang ingin pergi meninggalkan tempat tersebut.
Tiba-tiba si pemuda itu tersadar akan rencana awal mereka.
“ehem, baiklah kita sudah cukup lama di tempat ini, hingga kita lupa untuk rencana kita tadi.”
“maaf, aku terlalu menikmati pemandangan, bagaimana jika nanti di kafe aku yang akan mentraktir mu, hm?”
“apa? Kau yang membayar? Oh tidak tidak, itu hal yang aneh menurutku.”
“hah? Tapi kenapa? Menurutku tidaka ada yang aneh bila aku yang membayar, itu hanya sebagai permintaan maafku saja, karena telah membuatmu menunggu tadi.”
“hahah, aku tidak apa-apa, sudahlah ayo, kita ke kafe sekarang, nanti keburu malam.”
“baik baik dasar pemaksa sekali.”
Mereka lalu berjalan kearah kafe yang akan dituju. Melewati beberapa pertokoan yang sedang mengadakan berbagai macam diskon di hari valentine ini, dan pastinya setiap toko tersebut di dominasi oleh berbagai warna pink dengan aksen gambar couple dan love. Oh.. sungguh sangat imut dan pastinya berlebihan sekali. Ketika melewati sebuah toko, Julie berhenti sejenak sembari memandang sebuah pakaian couple yang di pajang di etalase toko itu. Josh yang menyadarinya juga ikut berhenti, sembari menatap bingung.
“ada apa? Kenapa berhenti mendadak?”
“ah tidak ada apa-apa”
“kau menginginkan pakaian tadi?”
“aku? Ingin? Tidak, aku hanya memandangnya saja”
“kalau kau ingin juga tidak apa-apa”
“kalau aku menginginkannya kenapa? Lagi pula aku tidak akan sanggup untuk membelinya, harganya sungguh sangat mahal, dan aku – “
“aku yang akan membelikannya untuk mu, ayo ikut aku”
“tapi – “
“tidak ada tapi-tapi”
Josh akhirnya dengan susah payah menarik Julie kedalam toko untuk membeli pakaian yang dinginkan Julie. Julie dengan enggan mengikutinya, namun sebenarnya dalam hati sungguh ia sangat bersyukur hari itu. Jantungnya sangat berdebar kencang, oh dan mungkin saja wajahnya sudah bersemu merah karena malu.
“pelayan, tolong ambilkan pakaian yang ada di etalase itu, keduanya.” Pinta Josh
“oh baiklah,” pelayan itupun bergegas menganbil pakaian itu.
“baiklah berapa semuanya?” Tanya Josh sembari mengeluarkan dompetnya.
“$22,0 karena hari ini ada diskon dan oh ya kalian sangat beruntung masih bisa membeli baju ini.”
“hah beruntung kenapa harus beruntung bukankah ini hanya merupakan baju”
“ini adalah baju edisi terakhir di toko kami.”
“oh… begitu. Baiklah terima kasih ya.”
“sama-sama silahkan datang kembali lain kali.”
Julie masih terdian akibat kejadian tadi entah melamun atau shocked karena Josh, sesosok pemuda yang baru dikenalnya membelikan sesuatu di hari valentine, untuknya, itu sangat menganehkan, bahkan mereka kenal kurang dari 24 jam tapi mereka bahkan seakan seperti kekasih yang telah menjalin hubungan selama bertahun-tahun. Josh sangat membenci keheningan, bahkan ketika mereka sampai di kafe itu. Karena, tidak sabar akhirnya Josh memberikan bungkusan pakaian tadi kepada Julie.
“ehem, ini bajunya.”
“eh? Oh? Iya terima kasih, aku sungguh sangat berhutang padamu.”
“hah, tidak perlu biasa saja. Aku membelikannya karna kau menginginkannya kan.?”
“memang iya, tapi kan kau juga tidak perlu repot membelikannya untukku.”
“sudahlah, anggap saja itu hadiah valentine untukmu. Malam ini kau mau makan apa?”
“uhmm… aku juga tidak tahu.”
“pelayan!”
“ya tuan, anda ingin memesan apa, silahkan dibaca dulu menu kami?”
Josh sudah hendak memesan sesuatu, namun Julie masih bingung ingin memesan apa, terlihat dari raut wajahnya yang sedari tadi juga hanya membolak-balik buku menu itu.
“baiklah aku memesan steak, dan segelas air putih, juga espresso, berika dia juga sama denganku, tapi espressonya di ganti jus jeruk ya.”
“itu saja, baiklah tunggu sebentar.”
Julie terdiam dan menatap wajah Josh dengan pendangan yang aneh. Josh yang merasa dipandangi akhirnya menatap kearah Julie dan bertanya.
“kau? Kenapa kau menatapku seperti itu nona?”
“oh tidak? Oh iya, uhm kau disini tinggal dengan siapa?”
“aku tinggal sendiri, orang tuaku ada di Australia, aku disini untuk melanjutkan pendidikan kuliah ku.”
“oh, memang kau kuliah apa,?”
“aku kuliah jurusan perfilman, aku sangat ingin menjadi sutradara, walau terkadang aku diundang untuk menjadi seorang fotografer.”
“ waw itu sangat menakjubkan, berarti kau sangat berbakat ya, aku sangat salut dengan mu, bisakah kau ajari aku menjadi fotografer handal?”
“ya mungkin. Haha.. lalu kau sendiri disini tinggal dengan siapa?”
“aku juga tinggal sendiri, orang tuaku tinggal di Paris untuk mengurus butik mereka, aku sendiri sangat tidak tertarik didunia perbisnisan.”
“lalu kau kuliah jurusan apa?”
“aku kuliah di jurusan sastra, jujur aku sangat ingin menjadi seorang penulis yang terkenal, apalagi aku sangat menyukai novel bercitra romansa.”
“kalau begitu, kita bisa saja menjadi seorang partner ya, jika kau yang menulis cerita atau scenario, bisa saja aku membuat filmnya, bagaimana sangat menguntungkan bukan.?”
“ternyata kau bisa juga berpikir panjang seperti itu ya?”
Keadaan seperti ini mampu membuat mereka tertawa lepas juga. Sampai akhirnya pelayan yang mengantar pesanan mereka berdua datang. Lalu kegiatan berbicara mereka terhenti sejenak, karena mereka harus memakan makanan mereka dahulu. Hal sangat tidak menyenangkan.
Malam pun semakin larut, Julie harus segera pulang bila tidak ingin terlambat masuk kuliah. Namun tentu saja pulang malam sendirian adalah hal yang tidak boleh bagi seorang gadis seperti dia. Dia sebenarnya ingin meminta Josh untuk mengantarnya, tapi dia tidak ingin mereptkan Josh lagi.
“Josh, ehm – “
“ya Julie, ada apa.?”
“ah tidak-tidak, tidak jadi.”
“sudah terlalu malan, saatnya kita pulang, ayo kuantar kau pulang ke apartment mu.”
Julie terkejut dengan ajakan Josh barusan, dia membekap mulutnya sejenak, diam dan hanya menaatap Josh dengan pandangan yang tidak bisa dibaca.
“kau, mengajak ku?”

“ya tentu saja, memangnya aku mengajak siapa lagi.?”
“ya mungkin saja kau hanya pura-pura menawariku seperti itu.”
“ya mana mungkin aku melakukan hal seperti itu, dan untuk apa juga aku melakukannya.”
Julie yang kalah hanya mampu memalingkan wajahnya saja. Terlihat Josh yang tertawa ringan melihatnya. Julie lalu menatapnya dengan pandangan ‘kenapa kau tertawa apakah ada yang lucu dengan ku’. Dan oh ternyata Josh pun menyadarinya, dan langsung meminta maaf. Benar-benar lelaki yang sangat peka.
###
Akhirnya Julie menyerah dan menerima tawaran Josh yang ingin mengantarnya pulang malam ini. Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil Josh, dan sedang dalam perjalanan menuju rumah Julie yang berada di OCEAN BLUE sebuah apartment mewah di pinggiran kota Los Angeles. Mereka berdua terdiam dengan dunia dan kesibukan mereka masing-masing, Josh yang sedang asyik menyetir mobil, dan Julie yang berusaha menetralkan detak jantungnya dengan menatap luar dari jendela mobil.
“hei, kau melamun, melamunkan apa,?”
“aku,? Melamun? Tidak melamunkan apa?”
“ya mungkin melamunkan ku.?”
“hah kenapa kau percaya diri sekali, dan untuk apa juga aku melamunkan mu.”
“ahahaha… iya iya aku tahu.”
“sudah sampai.”
“hah, apa? Oh sudah sampai?”
“e.emb”
Julie dengan cepat membuka pintu dan segera turun dari dalam mobil Josh. Sebelum menutup pintu  dia sejenak menatap Josh dan terseyum sangata manis kepadanya.
“aku masuk dulu ya, umm.. kau tidak ingin mampir dulukah.?”
“tidak usah, ini sudah sangat malam, aku pulang dulu, besok saja aku mampir untuk menjemputmu, kamu tinggal di?”
“kamar 222 oke, baiklah kalau begitu, aku masuk, dan selamat malam, oh ya hati-hati.”
“tunggu sebentar.”
Julie terhenti, Josh turun dari mobil dan secara tiba-tiba mencium kening Julie sangat lama dan begitu mesra. Jantung Julie serasa berhenti, dunia saperti diam dan waktu pun berhenti berputar.
“ah Josh, apa yang kamu lakukan.”
“hanya ciuman selamat malam dan selamat tidur aja.”
“ah terimakasih.”
Josh hanya mampu tersenyum kepadanya. Sedangkan dia hanya diam dan bergegas masuk kedalam apartment tanpa melihat kearah Josh. Dan Josh pun segera pergi dari sana.
###
Julie dan Josh akhirnya terdiam di ruang santai dengan wajah masing-masing yang tertunduk karena malu.
 
Teen love Story Blogger Template by Ipietoon Blogger Template