Los
Angeles, ketika musim dingin, terlihat berpuluh-puluh remaja sedang memenuhi
“love park”. Ya hari ini adalah hari valentine, hari kasih sayang bagi para
remaja. Tidak hanya remaja yang berpasangan saja yang terlihat, akan tetapi
remaja yang tidakk memiliki pasangan juga ikut merayakan. Bisa jadi mereka
merayakan bersama teman ataupun sahabatnya.
Terlihat
seorang wanita muda yang sedang duduk di salah satu bangku yang berada di
pojok, di bawah pohon sedang asyik membaca sebuah buku sembari sesekali melihat
orang dan pasangan yang lalu lalang melintas. Apakah ia tidak ingin
bersenang-senang seperti mereka? Entah itu pun tidak ada yang tahu. Wanita muda
ini terlihat sangat tidak ingin berbicara sepatah kata pun dan mungkin sangat
misterius. Sampai akhirnya ada seorang pemuda yang menghampirinya.
“boleh
saya duduk disini?” Tanya pemuda itu sewajarnya.
“ya,
tentu saja.” Jawabnya dengan ambigu, dan tanpa menoleh sedikitpun.
Keheningan
sejenak pun terjadi.
“ehmm”
“ada
apa, apakah ada yang salah” Tanya wanita muda itu dengan menoleh kearah pemuda
tersebut.
“tidak,
kau, apakah kau tidak ingin merayakan hari valentine seperti yang lainnya?”
“tidak,
aku tidak memiliki pasangan disini”
“kalau
begitu aku pun sama, tapi apakah hanya orang yang memiliki pasangan saja yang
bisa merayakan?”
“aku
tidak tahu, dan hei! Kenapa kau bertanya seperti itu?”
Tunggu….
Tadi kita menyebutkan bahwa wanita muda ini terlihat diam dan misterius, dan
aww! Sepertinya kata-kata itu tidak akan berlaku lagi, terlihat disini bahwa
wanita muda ini sangat nyaman untuk diajak bicara.
“apakah
aku salah bila bertanya seperti itu?”
“oh
tentu saja tidak”
“baiklah,
kalu begitu apa jawabanmu?”
“jawaban
ku, tentu saja tidak, kita tidak harus merayakannya bersama pasangan saja,
tentu saja kita bisa merayakannya dengan orang lain, misalnya saja aku dan
kamu.”
“ohhh…
begitu, kalau begitu, kenapa kita tidak merayakannya berdua saja”
“apa
kau bilang, berdua, tidak mau”
“kenapa?”
“kita
baru saja bertemu, dan baru saja berbicara, itu sebuah ketidaksengajaan, aku
saja belum mengenalmu!”
“baiklah
kalu begitu, perkenalkan namaku Josh, namamu?”
“namaku
Julie,”
“oh
waw, itu nama yang cukup bagus, baiklah apakah dengan begini kita bisa
jalan-jalan sekarang”
“tidak
bisa, karena aku belum mengenalmu lebih dalam, kita bahkan baru beberapa detik
selesai berbicara, dan sekarang kau memintaku untuk jalan berdua, itu adalah
hal yang aneh.”
“oh
girl, ayolah… ini bukan jaman tahun 90 an, kenapa kau masih berpikiran picik
seperti itu, aku ini adalah pria baik-baik, tenang saja aku tidak akan
menyakitimu.”
“bagaimana,
aku nanti bisa mempercayaimu?”
“sudahlah
kau akan tahu nanti, sekarang ayo kita jalan-jalan.!” Kata Josh sembari menarik
tangan Julie kearah tengah taman.
Mereka
berdua lalu berjalan beriringan dengan bergandengan tangan seperti pasangan
lainnya, ohh… mungkin saja sungguh terlihat sangat mesra, dan sepertinya mereka
menikmati saat-saat seperti ini. Muka Julie sudah sangat memerah, dan
jantungnya oh pastinya sangat berdebar kencang. Bagaimana dengan Josh, apakah
ia juga merasakan hal yang sama?
Sesampainya
di tengah taman, terlihat sebuah air mancur yang terdapat tulisan LOVE
ditengahnya sedang memancur indah. Josh menatap kearah air mancur itu cukup
lama, hingga sebuah keheningan pun tercipta. Sampai pada akhirnya Julie
menyadarkan lamunan Josh.
“hei,
kenapa kau melamun seperti ini?”
“aku..
melamun.. jangan bercanda? Oh iya, bagaimana kalau kita menikmati secangkir
coffe latte dan sepotong croissant di kafe yang ada diseberang sana, sepertinya
suasana di sana terlihat menyenangkan?”
“ah,
kau..? tunggu aku masih ingin disini untuk sekedar menikmati pemandangan air
mancur yang indah ini, kita baru saja sampai, dan bahkan tadi kau melamun,
sekarang kau mengajakku untuk pergi lagi? Aku bahkan belum menikmati
pemandangan, dasar lelaki egois.!”
“baik
baik, dasar merepotkan! Apakah semua wanita akan selalu merepotkan?”
“hei,
kau akan seperti itu? Tentu saja tidak bahkan jika tidak ada wanita kau tidak
akan bisa mengurus dirimu sendiri bodoh”
“apa
iya? Bahkan selama ini aku mengurus diriku sendiri?”
“hei!
Berarti kau melupakan ibumu yang merawatmu.”
“ahaha…
ya ya kau benar, baiklah kita akan disini sebentar.”
“tentu.”
Keheningan
tercipta diantara mereka berdua. Ya tentu saja, mereka sadang asyik menikmati
indahnya air mancur itu. Sampai akhirnya hari menjelang malam dan para pasangan
mulai berkurang. Entah kenapa, mungkin saja banyak diantara mereka ingin
pulang, atau menikmati makan malam berdua yang romantic. Tapi, setidaknya bagi
kedua muda-mudi ini belum ada yang ingin pergi meninggalkan tempat tersebut.
Tiba-tiba
si pemuda itu tersadar akan rencana awal mereka.
“ehem,
baiklah kita sudah cukup lama di tempat ini, hingga kita lupa untuk rencana
kita tadi.”
“maaf,
aku terlalu menikmati pemandangan, bagaimana jika nanti di kafe aku yang akan
mentraktir mu, hm?”
“apa?
Kau yang membayar? Oh tidak tidak, itu hal yang aneh menurutku.”
“hah?
Tapi kenapa? Menurutku tidaka ada yang aneh bila aku yang membayar, itu hanya
sebagai permintaan maafku saja, karena telah membuatmu menunggu tadi.”
“hahah,
aku tidak apa-apa, sudahlah ayo, kita ke kafe sekarang, nanti keburu malam.”
“baik
baik dasar pemaksa sekali.”
Mereka
lalu berjalan kearah kafe yang akan dituju. Melewati beberapa pertokoan yang
sedang mengadakan berbagai macam diskon di hari valentine ini, dan pastinya
setiap toko tersebut di dominasi oleh berbagai warna pink dengan aksen gambar
couple dan love. Oh.. sungguh sangat imut dan pastinya berlebihan sekali.
Ketika melewati sebuah toko, Julie berhenti sejenak sembari memandang sebuah
pakaian couple yang di pajang di etalase toko itu. Josh yang menyadarinya juga
ikut berhenti, sembari menatap bingung.
“ada
apa? Kenapa berhenti mendadak?”
“ah
tidak ada apa-apa”
“kau
menginginkan pakaian tadi?”
“aku?
Ingin? Tidak, aku hanya memandangnya saja”
“kalau
kau ingin juga tidak apa-apa”
“kalau
aku menginginkannya kenapa? Lagi pula aku tidak akan sanggup untuk membelinya,
harganya sungguh sangat mahal, dan aku – “
“aku
yang akan membelikannya untuk mu, ayo ikut aku”
“tapi
– “
“tidak
ada tapi-tapi”
Josh
akhirnya dengan susah payah menarik Julie kedalam toko untuk membeli pakaian
yang dinginkan Julie. Julie dengan enggan mengikutinya, namun sebenarnya dalam
hati sungguh ia sangat bersyukur hari itu. Jantungnya sangat berdebar kencang,
oh dan mungkin saja wajahnya sudah bersemu merah karena malu.
“pelayan,
tolong ambilkan pakaian yang ada di etalase itu, keduanya.” Pinta Josh
“oh
baiklah,” pelayan itupun bergegas menganbil pakaian itu.
“baiklah
berapa semuanya?” Tanya Josh sembari mengeluarkan dompetnya.
“$22,0
karena hari ini ada diskon dan oh ya kalian sangat beruntung masih bisa membeli
baju ini.”
“hah
beruntung kenapa harus beruntung bukankah ini hanya merupakan baju”
“ini
adalah baju edisi terakhir di toko kami.”
“oh…
begitu. Baiklah terima kasih ya.”
“sama-sama
silahkan datang kembali lain kali.”
Julie
masih terdian akibat kejadian tadi entah melamun atau shocked karena Josh,
sesosok pemuda yang baru dikenalnya membelikan sesuatu di hari valentine,
untuknya, itu sangat menganehkan, bahkan mereka kenal kurang dari 24 jam tapi
mereka bahkan seakan seperti kekasih yang telah menjalin hubungan selama bertahun-tahun.
Josh sangat membenci keheningan, bahkan ketika mereka sampai di kafe itu.
Karena, tidak sabar akhirnya Josh memberikan bungkusan pakaian tadi kepada Julie.
“ehem,
ini bajunya.”
“eh?
Oh? Iya terima kasih, aku sungguh sangat berhutang padamu.”
“hah,
tidak perlu biasa saja. Aku membelikannya karna kau menginginkannya kan.?”
“memang
iya, tapi kan kau juga tidak perlu repot membelikannya untukku.”
“sudahlah,
anggap saja itu hadiah valentine untukmu. Malam ini kau mau makan apa?”
“uhmm…
aku juga tidak tahu.”
“pelayan!”
“ya
tuan, anda ingin memesan apa, silahkan dibaca dulu menu kami?”
Josh
sudah hendak memesan sesuatu, namun Julie masih bingung ingin memesan apa,
terlihat dari raut wajahnya yang sedari tadi juga hanya membolak-balik buku
menu itu.
“baiklah
aku memesan steak, dan segelas air putih, juga espresso, berika dia juga sama
denganku, tapi espressonya di ganti jus jeruk ya.”
“itu
saja, baiklah tunggu sebentar.”
Julie
terdiam dan menatap wajah Josh dengan pendangan yang aneh. Josh yang merasa dipandangi
akhirnya menatap kearah Julie dan bertanya.
“kau?
Kenapa kau menatapku seperti itu nona?”
“oh
tidak? Oh iya, uhm kau disini tinggal dengan siapa?”
“aku
tinggal sendiri, orang tuaku ada di Australia, aku disini untuk melanjutkan
pendidikan kuliah ku.”
“oh,
memang kau kuliah apa,?”
“aku
kuliah jurusan perfilman, aku sangat ingin menjadi sutradara, walau terkadang
aku diundang untuk menjadi seorang fotografer.”
“
waw itu sangat menakjubkan, berarti kau sangat berbakat ya, aku sangat salut
dengan mu, bisakah kau ajari aku menjadi fotografer handal?”
“ya
mungkin. Haha.. lalu kau sendiri disini tinggal dengan siapa?”
“aku
juga tinggal sendiri, orang tuaku tinggal di Paris untuk mengurus butik mereka,
aku sendiri sangat tidak tertarik didunia perbisnisan.”
“lalu
kau kuliah jurusan apa?”
“aku
kuliah di jurusan sastra, jujur aku sangat ingin menjadi seorang penulis yang
terkenal, apalagi aku sangat menyukai novel bercitra romansa.”
“kalau
begitu, kita bisa saja menjadi seorang partner ya, jika kau yang menulis cerita
atau scenario, bisa saja aku membuat filmnya, bagaimana sangat menguntungkan
bukan.?”
“ternyata
kau bisa juga berpikir panjang seperti itu ya?”
Keadaan
seperti ini mampu membuat mereka tertawa lepas juga. Sampai akhirnya pelayan
yang mengantar pesanan mereka berdua datang. Lalu kegiatan berbicara mereka
terhenti sejenak, karena mereka harus memakan makanan mereka dahulu. Hal sangat
tidak menyenangkan.
Malam
pun semakin larut, Julie harus segera pulang bila tidak ingin terlambat masuk
kuliah. Namun tentu saja pulang malam sendirian adalah hal yang tidak boleh
bagi seorang gadis seperti dia. Dia sebenarnya ingin meminta Josh untuk
mengantarnya, tapi dia tidak ingin mereptkan Josh lagi.
“Josh,
ehm – “
“ya
Julie, ada apa.?”
“ah
tidak-tidak, tidak jadi.”
“sudah
terlalu malan, saatnya kita pulang, ayo kuantar kau pulang ke apartment mu.”
Julie
terkejut dengan ajakan Josh barusan, dia membekap mulutnya sejenak, diam dan
hanya menaatap Josh dengan pandangan yang tidak bisa dibaca.
“kau,
mengajak ku?”
“ya
tentu saja, memangnya aku mengajak siapa lagi.?”
“ya
mungkin saja kau hanya pura-pura menawariku seperti itu.”
“ya
mana mungkin aku melakukan hal seperti itu, dan untuk apa juga aku
melakukannya.”
Julie
yang kalah hanya mampu memalingkan wajahnya saja. Terlihat Josh yang tertawa
ringan melihatnya. Julie lalu menatapnya dengan pandangan ‘kenapa kau tertawa
apakah ada yang lucu dengan ku’. Dan oh ternyata Josh pun menyadarinya, dan
langsung meminta maaf. Benar-benar lelaki yang sangat peka.
###
Akhirnya
Julie menyerah dan menerima tawaran Josh yang ingin mengantarnya pulang malam
ini. Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil Josh, dan sedang dalam
perjalanan menuju rumah Julie yang berada di OCEAN BLUE sebuah apartment mewah
di pinggiran kota Los Angeles. Mereka berdua terdiam dengan dunia dan kesibukan
mereka masing-masing, Josh yang sedang asyik menyetir mobil, dan Julie yang
berusaha menetralkan detak jantungnya dengan menatap luar dari jendela mobil.
“hei,
kau melamun, melamunkan apa,?”
“aku,?
Melamun? Tidak melamunkan apa?”
“ya
mungkin melamunkan ku.?”
“hah
kenapa kau percaya diri sekali, dan untuk apa juga aku melamunkan mu.”
“ahahaha…
iya iya aku tahu.”
“sudah
sampai.”
“hah,
apa? Oh sudah sampai?”
“e.emb”
Julie
dengan cepat membuka pintu dan segera turun dari dalam mobil Josh. Sebelum
menutup pintu dia sejenak menatap Josh
dan terseyum sangata manis kepadanya.
“aku
masuk dulu ya, umm.. kau tidak ingin mampir dulukah.?”
“tidak
usah, ini sudah sangat malam, aku pulang dulu, besok saja aku mampir untuk
menjemputmu, kamu tinggal di?”
“kamar
222 oke, baiklah kalau begitu, aku masuk, dan selamat malam, oh ya hati-hati.”
“tunggu
sebentar.”
Julie
terhenti, Josh turun dari mobil dan secara tiba-tiba mencium kening Julie
sangat lama dan begitu mesra. Jantung Julie serasa berhenti, dunia saperti diam
dan waktu pun berhenti berputar.
“ah
Josh, apa yang kamu lakukan.”
“hanya
ciuman selamat malam dan selamat tidur aja.”
“ah
terimakasih.”
Josh
hanya mampu tersenyum kepadanya. Sedangkan dia hanya diam dan bergegas masuk
kedalam apartment tanpa melihat kearah Josh. Dan Josh pun segera pergi dari
sana.
###
Julie
dan Josh akhirnya terdiam di ruang santai dengan wajah masing-masing yang
tertunduk karena malu.